Human Interst - Bocah Bocah Mandi di Umbul Sidomukti

Scenary - Air Terjun Mini

Makro - Capung Hijau

Scenary - Sunset di Tanah Lot, Bali

Scenary - Telaga Warna, Dieng

Scenary - Siluet, Sekatul

Scenary - Siluet, Tol Kanci

Building - Keraton Taman Sari, Jogjakarta

Flower and Animal - Bunga Yang Indah di Malam Hari, Semarang

Scenary - Sun Rise, Temanggung

Flower and Animal - Dimana Pun Daun Itu Tetap Hijau, Singapore

Scenary - JRK Is Never Ending Story, Pantai Juwana

My Story - Idul Adha itu Identik Dengan Bakar Sate, Bekasi

Human Interest - Bocah Yang Sedang Asik Menonton Penyembelihan Kurban, Bekasi

My Story - My Real Super Hero, Bekasi

Friday, 20 June 2014

Posted by Historida On 21:56


Seperti ilmu-ilmu yang lain Teknik Informatika dan Telekomunikasi akan berkembang bila memiliki metode kajiannya sendiri. Kualitas suatu penelitian akan tampak melalui kontribusi dalam pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat dan bagi pengembangan IPTEK. Oleh sebab itu penentuan rumusan masalah perlu didasari aspek manfaat dari penelitian termasuk dari sudut pandang ekonomi dan kebijakan.
Berkaitan dengan strategi pemecahan masalah menurut Wiliam J. Gephart (1972), seperti yang dikutip Miarso (2004), menyarankan suatu taksonomi strategi empiric dalam mecvari kebenaran melalui pengkajian ilmiah.
Usaha pencarian kebenaran ini terdiri dari emapat lapis, yakni filsafat ilmu, metode umum pemecahan masalah, strategi operasional, dan sekuen procedural yang digambarkan sebagai pohon pengkajian ilmiah dengan tiga cabang yang terdiri dari Pengembangan, Penelitian dan Penilaian.
Pengkajian ilmiah dalam bentuk Penelitian Pengembangan atau lebih tepat disebut Penelitian Rekayasa dapat berupa :
      a.       Rencana (Plan)
      b.      Rancangan (Design)
      c.       Kontruksi (Construct)
      d.      Terapan (Applied), dan
      e.       Hasil Pengembangan (Development)
   
Rencana, rancangan, atau konstruksi dari model, sistem, atau produk hasil penelitian rekayasa harus teruji berdasarkan metode formal, metode komputasi, maupun pengujian- pengujian matematis dan metode cleanroom lainnya yang berbeda dengan metode penelitian ‘Pure Research’. Namun tidak menutup kemungkinan digunakannya metode- metode dari ‘Pure Research’ terutama pada tahapan identifikasi masalah maupun pengujian, dan metode Penelitian Evaluasi pada tahapan evaluasi hasil. Pengkajian ilmiah yang berbentuk ‘Pure Research’, atau biasa disebut Penelitian saja (termasuk Basic Research), merupakan paradigma pengkajian ilmiah yang banyak dianut para peneliti terutama yang beraliran positivistik. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui, membuktikan, dan memperoleh pengetahuan baru melalui pendekatan sistematik, akuratif, dan probabilistik. Hasil atau kesimpulannya dapat berlaku umum.
Yang termasuk dalam bentuk pengkajian Ilmiah seperti ini adalah penelitian :
       a.       Historis/fenomenologis
       b.      Kasus
       c.       Deskriptif
       d.      Korelasiaonal/asosiatif
       e.       Kasual Komparatif
      f.       Eksperimen

Penelitian Evaluasi merupakan pengkajian ilmiah yang bertujuan untuk memilih, memperbaiki, dan memantapkan hasil kebijakan atau program yang telah dijalankan. Hasil dari pengkajian ilmiah jenis ini berupa informasi guna mendukung pengambilan keputusan yang bersifat khusus sehingga kesimpulannya tidak bisa berlaku umum. Pendekatan yang digunakan bersifat sistemik dan berorientasi pada tujuan. Dari penjelasan di atas, maka penelitian dapat pula dikelompokkan menjadi dua, yakni Penelitian Rekayasa dan Penelitian Nonrekayasa. Hasil Penelitian Rekayasa dapat berupa model, formula, algoritma, struktur, arsitektur, produk, maupun sistem yang telah teruji, sedangkan hasil Penelitian Nonrekayasa dapat berupa teori dan keputusan yang telah teruji pula secara empiris.
Penelitian Rekayasa dapat berupa:

  1. Forward Engineering: rekayasa yang dilakukan dari perencanaan, perancangan, pembangunan, hingga penerapan, atau pada tahapan-tahapan pendek rekayasa, misal dari perancangan ke pembangunan saja. Rekayasa dilakukan mulai dari abstraksi yang lebih tinggi menuju ke setingkat atau beberapa tingkat lebih rendah. 
  2. Reverse Engineering: merupakan rekayasa dari produk, sistem, atau prototipe yang sudah ada menjadi blue print, formula, atau model, atau pada tahapan-tahapan pendek rekayasa, misal dari pembangunan ke perancangan saja. Rekayasa dilakukan mulai dari abstraksi yang lebih rendah menuju ke setingkat atau beberapa tingkat lebih tinggi. 
  3.   Re-engineering: merupakan pengubahan dan pengorganisasian kembali komponen-komponen system yang dapat dilakukan terhadap hasil desain atau implementasi saja atau pada keseluruhan tahapan/abstraksi sistem, tanpa menghilangkan keseluruhan komponen lama agar diperoleh metode, formula, model, prototipe, produk, sistem, atau tools dengan tingkat kesempurnaan dan standar yang lebih tinggi.

Monday, 16 June 2014

Posted by Historida On 08:48



BAB IV merupakan hasil penelitian seperti menguraikan gambaran umum data atau variable dan analisa yang akan ditulis. Untuk BAB IV ini minimal 45% dari jumlah halaman. Isi dari Bab IV kurang lebih sebagai berikut

      A.    Gambaran Umum Unit Obeservasi
Pada bagian ini memuat tentang kegiatan penelitian. Jika penelitian bersifat teknik maka gambaran umum dipaparkan secara detail dan menyeluruh. Hal ini didasari dengan prinsip bahwa studi lapangan di dalam penelitian kualitatif umumnya bersifat holistic.

      B.     Analisis dan Pembahasan
Membahas tentang keterkaitan antar faktor-faktor dari data yang diperoleh dari masalah yang diajukan kemudian menyelesaikan masalah tersebut dengan metode yang diajukan dan menganalisa proses dan hasil penyelesaian masalah.
Bab ini menganalisis dan membahas fakta-fakta yang ada dalam entitas yang menjadi unit observasi. Analisis harus dilakukan dengan menggunakan teori yang telah dikemukakan di bab II beserta interpretasinya. Untuk menghasilkan kesimpulan yang beralasan kuat, maka dalam menganalisis dan membahas perlu digunakan tolok ukur (untuk penelitian kuantitatif), dan acuan/referensi dalam konteks yang relevan (untuk penelitian kualitatif). Dalam bentuk kuantitas (kuantitatif), standar, norma, atau aturan. Mengenai metode penggunaan tolok ukur maupun acuan tersebut dapat dilakukan secara:

a.       kuantitatif (empiris dan statistikal) : harus membandingkan apa saja yang akan dibandingkan, dengan apa dibandingkan, dan harus jelas analisisnya, tidak hanya menolak atau menerima hipotesis, tetapi juga mengemukakan manfaat hasil analisis.
b.      Pendekatan kualitatif yaitu dengan membandingan antara fakta (realitas) dengan nilai, norma, aturan, norma, rambu-rambu atau antara 2 periode atau lebih, penggambaran secara holistik dan sebagainya.

Alat yang digunakan untuk analisis tergantung pada topik penelitian yang dipilih. Hasil analisis dan pembahasan tersebut diarahkan sesuai dengan tujuan penelitian dan diharapkan akan dapat memberikan gagasan mengenai cara-cara pemecahan masalah (problem) yang diteliti, serta (bila perlu) mengemukakan berbagai kendala yang dihadapai dalam upaya pemecahan masalah (problem) tersebut.



Posted by Historida On 05:30


Fungsi daftar pustaka adalah sebagai berikut:

  1.  Membantu pembaca mengenal ruang lingkup studi penulis,
  2. Memberi informasi kepada pembaca untuk memperooleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam daripada kutipan yang digunakan oleh penulis, dan
  3. Membantu pembaca memilih referensi dan materi dasar untuk studinya.

Teknik penulisan daftar pustaka adalah sebagai berkikut:
  1. Baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam
  2. Jarak spasi  antar baris adalah 1,5 spasi.
  3. Daftar Pustaka diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis 
  4. Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip, nama penulis itu harus dicantumkan ulang.
Komponen-komponen yang harus dicamputmkan dalam daftar pustaka adalah sebagai berikut:
  1. Nama Penulis - Dengan cara menuliskan terlebih dahulu nama belakang kemudian nama depan. Hal ini berlaku untuk semua nama baik nama asing maupun nama Indonesia. Cara penulisan inilah yang berlaku secara internasional tanpa mengenal kebangsaan dan tradisi. Tata tulis ilmiah tidak mengenal prinsip nama yang dikenal di masyarakat, melainkan nama belakangnya, tanpa memperhitungkan jenis nama tersebut merupakan nama keluarga atau bukan. 
  2. Tahun Penerbitan 
  3.  Judul 
  4. Sumber tertulis yang bersangkutan dengan diberi garis bawah atau dicetak miring. 
  5.  Kota tempat penerbit 
  6.  Nama penerbit
Berikuti ini beberapa contoh untuk menulis Daftar Pustaka:
1.      Penulisan daftar pustaka yang pengambilan datanya dari internet
Albarda (2004). Strategi Implementasi TI untuk Tata Kelola Organisasi (IT Governance). From http://rachdian.com/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30, 3 August 2008 Hari Sasongko Bagus, 2012, Pemrograman Mikrokontroler dengan Bahasa C, Yogyakarta: Andi Offset
                         
2.      Penulisan daftar pustaka yang pengambilannya dari buku
Hari Sasongko Bagus. 2012. Pemrograman Mikrokontroler dengan Bahasa C. Yogyakarta: Andi Offset, 
                
3.      Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu orang yang menulis dalam buku yang sama
Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. 2008. Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Informatika
 
4.      Penulisan daftar pustaka dengan banyak pengarang/penulis
Morris, Alton C., et al. College English, the Firts Year. New York: Harcourt, Brace&World.Inc., 1964.
                
5.      Penulisan daftar pustaka untuk buku hasil terjemahan
Multatuli. Max Havelaar, atau lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, Terj. H.B Jasin, Jakarta: Djambatan, 1972
                    
6.      Penulisan daftar pustaka dari majalah, jurnal.
Prof. DR, Gorys Keraf dalam Buku Komposisi Rasyid Sartuni, SS., M.A Dalam buku Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi